
DEFINISI DAN JENIS-JENIS PENGETAHUAN
A. Definisi dan Jeni-Jenis Pengetahuan
a. Pengetahuan dalam sebuah definisi
Pengetahuan bisa didefinisikan atau diberibatasan sebagaimana berikut ini :
1. sesuatu yang ada atau dianggap ada
2. sesuatu hasil persesuaian subjek dengan objek
3. hasil kodrat manusia ingin tahu
4. hasil persesuaian antara induksi dengan deduksi
Selain
definisi yang ada diatas, dalam kitab klasik ilmu logika, Pengetahuan
itu didefinisikan sebagai suatu gambaran objek-objek eksternal yang
hadir dalam pikiran manusia . Definisi ini juga disepakati oleh sebelas
orang filosof dan ilmuwan Rusia.
Dalam redaksional lain juga
dibahasakan Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang
hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya
reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya .
Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi,
akidah, dan pikiran-pikiran. Dalam komunikasi keseharian, kita sering
menggunakan kalimat seperti, “Saya terampil mengoperasikan mesin ini”,
“Saya sudah terbiasa menyelesaikan masalah itu”, “Saya menginformasikan
kejadian itu”, “Saya meyakini bahwa masyarakat pasti mempercayai Tuhan”,
“Saya tidak emosi menghadapi orang itu”, dan “Saya mempunyai
pikiran-pikiran baru dalam solusi persoalan itu”.
Ketika mengamati
atau menilai suatu perkara, kita biasanya menggunakan kalimat-kalimat
seperti, saya mengetahuinya, saya memahaminya, saya mengenal, meyakini
dan mempercayainya. Berdasarkan realitas ini, bisa dikatakan bahwa
pengetahuan itu memiliki derajat dan tingkatan. Disamping itu, bisa jadi
hal tersebut bagi seseorang adalah pengetahuan, sementara bagi yang
lainnya merupakan bukan pengetahuan. Terkadang seseorang mengakui bahwa
sesuatu itu diketahuinya dan mengenal keadaannya dengan baik, namun,
pada hakikatnya, ia salah memahaminya dan ketika ia berhadapan dengan
seseorang yang sungguh-sungguh mengetahui realitas tersebut, barulah ia
menyadari bahwa ia benar-benar tidak memahami permasalahan tersebut
sebagaimana adanya.
Selain versi diatas masih ada jawaban dari
pertanyaan Apa yang dimaksud dengan pengetahuan ? Pengetahuan adalah
suatu keadaan yang hadir dikarenakan persentuhan kita dengan suatu
perkara. Keluasan dan kedalaman kehadiran kondisi-kondisi ini dalam
pikiran dan jiwa kita sangat bergantung pada sejauh mana reaksi,
pertemuan, persentuhan, dan hubungan kita dengan objek-objek eksternal.
Walhasil, makrifat dan pengetahuan ialah suatu keyakinan yang kita
miliki yang hadir dalam syarat-syarat tertentu dan terwujud karena
terbentuknya hubungan-hubungan khusus antara subjek (yang mengetahui)
dan objek (yang diketahui) dimana hubungan ini sama sekali kita tidak
ragukan. John Dewey menyamakan antara hakikat itu sendiri dan
pengetahuan dan beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan
capaian dari suatu penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan
seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan
realitas-realitas yang tetap dan yang senantiasa berubah.
b. Jenis-Jenis Pengetahuan
Pada umumnya pengetahuan dibagi menjadi beberapa jenis diantara nya :
1. Pengetahuan langsung (immediate);
Pengetahuan immediate adalah pengetahuan langsung yang hadir dalam
jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan pikiran. Kaum realis (penganut
paham Realisme) mendefinisikan pengetahuan seperti itu. Umumnya
dibayangkan bahwa kita mengetahui sesuatu itu sebagaimana adanya,
khususnya perasaan ini berkaitan dengan realitas-realitas yang telah
dikenal sebelumnya seperti pengetahuan tentang pohon, rumah, binatang,
dan beberapa individu manusia. Namun, apakah perasaan ini juga berlaku
pada realitas-realitas yang sama sekali belum pernah dikenal dimana
untuk sekali meilhat kita langsung mengenalnya sebagaimana hakikatnya?.
Apabila kita sedikit mencermatinya, maka akan nampak dengan jelas bahwa
hal itu tidaklah demikian adanya
2. Pengetahuan tak langsung (mediated);
Pengetahuan
mediated adalah hasil dari pengaruh interpretasi dan proses berpikir
serta pengalaman-pengalaman yang lalu. Apa yang kita ketahui dari
benda-benda eksternal banyak berhubungan dengan penafsiran dan
pencerapan pikiran kita.
3. Pengetahuan indrawi (perceptual);
Pengetahuan indrawi adalah sesuatu yang dicapai dan diraih melalui
indra-indra lahiriah. Sebagai contoh, kita menyaksikan satu pohon,
batu, atau kursi, dan objek-objek ini yang masuk ke alam pikiran melalui
indra penglihatan akan membentuk pengetahuan kita. Tanpa diragukan
bahwa hubungan kita dengan alam eksternal melalui media indra-indra
lahiriah ini, akan tetapi pikiran kita tidak seperti klise foto dimana
gambar-gambar dari apa yang diketahui lewat indra-indra tersimpan
didalamnya. Pada pengetahuan indrawi terdapat beberapa faktor yang
berpengaruh, seperti adanya cahaya yang menerangi objek-objek eksternal,
sehatnya anggota-angota indra badan (seperti mata, telinga, dan
lain-lain), dan pikiran yang mengubah benda-benda partikular menjadi
konsepsi universal, serta faktor-faktor sosial (seperti adad istiadad).
Dengan faktor-faktor tersebut tidak bisa dikatakan bahwa pengetahuan
indrawi hanya akan dihasilkan melalui indra-indra lahiriah.
4. Pengetahuan konseptual (conceptual);
Pengetahuan
konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan indrawi. Pikiran
manusia secara langsung tidak dapat membentuk suatu konsepsi-konsepsi
tentang objek-objek dan perkara-perkara eksternal tanpa berhubungan
dengan alam eksternal. Alam luar dan konsepsi saling berpengaruh satu
dengan lainnya dan pemisahan di antara keduanya merupakan aktivitas
pikiran
5. Pengetahuan partikular (particular);
Pengetahuan
partikular berkaitan dengan satu individu, objek-objek tertentu, atau
realitas-realitas khusus. Misalnya ketika kita membicarakan satu kitab
atau individu tertentu, maka hal ini berhubungan dengan pengetahuan
partikular itu sendiri.
6. Pengetahuan universal (universal).
Pengetahuan
universal mencakup individu-individu yang berbeda. Sebagai contoh,
ketika kita membincangkan tentang manusia dimana meliputi seluruh
individu (seperti Muhammad, Ali, hasan, husain, dan …), ilmuwan yang
mencakup segala individunya (seperti ilmuwan fisika, kimia, atom, dan
lain sebagainya), atau hewan yang meliputi semua indvidunya (seperti
gajah, semut, kerbau, kambing, kelinci, burung, dan yang lainnya).
Dalam
filsafat Islam, pengetahuan itu hanya dibagi dua, yakni ilmu hudhuri
dan hushuli. Dengan berdasarkan pada pembagian pengetahuan di atas,
apabila kita ingin menyingkronkan pembagian pengetahuan menurut filsafat
Islam, maka pengetahuan langsung (immediate) tersebut sama halnya
dengan pengetahuan hudhuri dan pengetahuan tak langsung (mediated),
pengetahuan indrawi, pengetahuan konseptual, pengetahuan partikular,
pengetahuan universal tersebut dikategorikan sebagai pengetahuan hushul
B. HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN
1. HAKIKAT PENGETAHUAN
Maksud
dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud
dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan,
dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini
meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan
pikiran-pikiran. Dalam komunikasi keseharian, kita sering menggunakan
kalimat seperti, “Saya terampil mengoperasikan mesin ini”, “Saya sudah
terbiasa menyelesaikan masalah itu”, “Saya menginformasikan kejadian
itu”, “Saya meyakini bahwa masyarakat pasti mempercayai Tuhan”, “Saya
tidak emosi menghadapi orang itu”, dan “Saya mempunyai pikiran-pikiran
baru dalam solusi persoalan itu”.
Ketika mengamati atau menilai suatu
perkara, kita biasanya menggunakan kalimat-kalimat seperti, saya
mengetahuinya, saya memahaminya, saya mengenal, meyakini dan
mempercayainya. Berdasarkan realitas ini, bisa dikatakan bahwa
pengetahuan itu memiliki derajat dan tingkatan. Disamping itu, bisa jadi
hal tersebut bagi seseorang adalah pengetahuan, sementara bagi yang
lainnya merupakan bukan pengetahuan. Terkadang seseorang mengakui bahwa
sesuatu itu diketahuinya dan mengenal keadaannya dengan baik, namun,
pada hakikatnya, ia salah memahaminya dan ketika ia berhadapan dengan
seseorang yang sungguh-sungguh mengetahui realitas tersebut, barulah ia
menyadari bahwa ia benar-benar tidak memahami permasalahan tersebut
sebagaimana adanya.
Pengetahuan adalah suatu keadaan yang hadir
dikarenakan persentuhan kita dengan suatu perkara. Keluasan dan
kedalaman kehadiran kondisi-kondisi ini dalam pikiran dan jiwa kita
sangat bergantung pada sejauh mana reaksi, pertemuan, persentuhan, dan
hubungan kita dengan objek-objek eksternal. Walhasil, makrifat dan
pengetahuan ialah suatu keyakinan yang kita miliki yang hadir dalam
syarat-syarat tertentu dan terwujud karena terbentuknya
hubungan-hubungan khusus antara subjek (yang mengetahui) dan objek (yang
diketahui) dimana hubungan ini sama sekali kita tidak ragukan. John
Dewey menyamakan antara hakikat itu sendiri dan pengetahuan dan
beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan capaian dari suatu
penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang terbentuk
dari hubungan dan jalinan ia dengan realitas-realitas yang tetap dan
yang senantiasa berubah.
Dalam pengetahuan sangat mungkin terdapat dua aspek yang berbeda, antara lain:
1.
Hal-hal yang diperoleh. Pengetahuan seperti ini mencakup tradisi,
keterampilan, informasi, pemilkiran-pemikiran, dan akidah-akidah yang
diyakini oleh seseorang dan diaplikasikan dalam semua kondisi dan
dimensi penting kehidupan. Misalnya pengetahuan seseorang tentang
sejarah negaranya dan pengetahuannya terhadap etika dan agama dimana
pengetahuan-pengetahuan ini nantinya ia bisa aplikasikan dan
menjadikannya sebagai dasar pembahasan.
2. Realitas yang terus
berubah. Sangat mungkin pengetahuan itu diasumsikan sebagai suatu
realitas yang senantiasa berubah dimana perolehan itu tidak pernah
berakhir. Pada kondisi ini, seseorang mengetahui secara khusus perkara-
perkara yang beragam, kemudian ia membandingkan perkara tersebut satu
sama lain dan memberikan pandangan atasnya, dengan demikian, ia
menyiapkan dirinya untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru yang
lebih global
2. SUMBER PENGETAHUAN
Pengetahuan yang kita bahas sekarang itu memiliki sumber (source) diantara nya adalah
1. Intuisi
Ketika
kita berbicara mengenai intuisi subuah maen stream yang terbangun
dibenak kita adalah sebuah eksperimen, coba-coba, yang berawal dari
sebuah pertanyaan dan keraguan maka lahirlah insting. Sebuah bahasa
sederhana juga penulis temukan penjelasan mengenai apa itu intuisi?,
Kamus Politik karangan B.N. Marbun mengatakan : daya atau kemampauan
untuk mengetahui atau memahami sesuatu tampa ada dipelajari terlebih
dahulu
2. Rasional
Pengetahuan rasional atau pengetahuan yang
bersumber dari akal adalah suatu pengetahuan yang dihasilkan dari proses
belajar dan mengajar, diskusi ilmiah, pengkajian buku, pengajaran
seorang guru, dan sekolah. Hal ini berbeda dengan pengetahuan intuitif
atau pengetahuan yang berasal dari hati. Pengetahuan ini tidak akan
didapatkan dari suatu proses pengajaran dan pembelajaran resmi, akan
tetapi, jenis pengetahuan ini akan terwujud dalam bentuk-bentuk
“kehadiran” dan “penyingkapan” langsung terhadap hakikat-hakikat yang
dicapai melalui penapakan mistikal, penitian jalan-jalan keagamaan, dan
penelusuran tahapan-tahapan spiritual. Pengetahuan rasional merupakan
sejenis pengetahuan konsepsional atau hushuli, sementara pengetahuan
intuisi atau hati adalah semacam pengetahuan dengan “kehadiran” langsung
objek-objeknya atau hudhuri.
3. Emperikal atau pemakalah lebih suka dengan membahasakan nya dengan Indra
Tak
diragukan bahwa indra-indra lahiriah manusia merupakan alat dan sumber
pengetahuan, dan manusia mengenal objek-objek fisik dengan
perantaraanya. Setiap orang yang kehilangan salah satu dari indranya
akan sirna kemampuannya dalam mengetahui suatu realitas secara
partikular. Misalnya seorang yang kehilangan indra penglihatannya maka
dia tidak akan dapat menggambarkan warna dan bentuk sesuatu yang
fisikal, dan lebih jauh lagi orang itu tidak akan mempunyai suatu
konsepsi universal tentang warna dan bentuk. Begitu pula orang yang
tidak memiliki kekuatan mendengar maka dapat dipastikan bahwa dia tidak
mampu mengkonstruksi suatu pemahaman tentang suara dan bunyi dalam
pikirannya. Atas dasar inilah, Ibn Sina dengan menutip ungkapan filosof
terkenal Aristoteles menyatakan bahwa barang siapa yang kehilangan
indra-indranya maka dia tidak mempunyai makrifat dan pengetahuan.
Dengan demikian bahwa indra merupakan sumber dan alat makrifat dan
pengetahuan ialah hal yang sama sekali tidak disangsikan. Hal ini
bertolak belakang dengan perspektif Plato yang berkeyakinan bahwa sumber
pengetahuan hanyalah akal dan rasionalitas, indra-indra lahiriah dan
objek-objek fisik sama sekali tidak bernilai dalam konteks pengetahuan.
Dia menyatakan bahwa hal-hal fisikal hanya bernuansa lahiriah dan tidak
menyentuh hakikat sesuatu. Benda-benda materi adalah realitas-realitas
yang pasti sirna, punah, tidak hakiki, dan tidak abadi. Oleh karena itu,
yang hakiki dan prinsipil hanyalah perkara-perkara kognitif dan yang
menjadi sumber ilmu dan pengetahuan adalah daya akal dan argumen-argumen
rasional.
Akan tetapi, filosof-filosof Islam beranggapan bahwa
indra-indra lahiriah tetap bernilai sebagai sumber dan alat pengetahuan.
Mereka memandang bahwa peran indra-indra itu hanyalah berkisar seputar
konsep-konsep yang berhubungan dengan objek-objek fisik seperti manusia,
pohon, warna, bentuk, dan kuantitas. Indra-indra tak berkaitan dengan
semua konsep-konsep yang mungkin dimiliki dan diketahui oleh manusia,
bahkan terdapat realitas-realitas yang sama sekali tidak terdeteksi dan
terjangkau oleh indra-indra lahiriah dan hanya dapat dicapai oleh
daya-daya pencerapan lain yang ada pada diri manusia. Konsep-konsep atas
realitas-realitas fisikal dan material yang tercerap lewat indra-indra,
yang walaupun secara tidak langsung, berada di alam pikiran, namun juga
tidak terwujud dalam akal dan pikiran kita secara mandiri dan fitrawi.
Melainkan setelah mendapatkan beberapa konsepsi-konsepsi indrawi maka
secara bertahap akan memperoleh pemahaman-pemahaman yang lain. Awal
mulanya pikiran manusia sama sekali tidak mempunyai konsep-konsep
sesuatu, dia seperti kerta putih yang hanya memiliki potensi-potensi
untuk menerima coretan, goresan, dan gambar. Dan aktivitas persepsi
pikiran dimulai dari indra-indra lahiriah.
Mengapa jiwa yang
tunggal itu sedemikian rupa mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam
menyerap semua pengetahuan? Filosof Ilahi, Mulla Sadra, mengungkapkan
bahwa keragaman pengetahuan dan makrifat yang dimiliki oleh manusia
dikarenakan kejamakan indra-indra lahiriahnya. Mulla Sadra juga
menambahkan bahwa aktivitas persepsi-persepsi manusia dimulai dari jalur
indra-indra itu dan setiap pengetahuan dapat bersumber secara langsung
dari indra-indra lahiriah atau setelah berkumpulnya konsepsi-konsepsi
indrawi barulah pikiran itu dikondisikan untuk menggapai
pengetahuan-pengetahuan lain. Jiwa itu secara esensial tak mempu
menggambarkan objek-objek fisikal tanpa indra-indra tersebut
4. Wahyu
Sebagai
manusia yang beragama pasti meyakini bahwa wahyu merupakan sumber ilmu,
Karena diyakini bahwa wakyu itu bukanlah buatan manusia tetapi buatan
Tuhan Yang Maha Esa
DAFTAR KEPUSTAKAAN- S.Suriasumantri, Jujun. Filsafat ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan .1998
- Marbun, B.N. Kamus Politik. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.2005
- Syadalai.MA, Ahmad, Filsafat Umum.Bandung: Penerbit Pustaka Setia.1997
- Filsafat Umum. Tafsir, Dr. Ahmad. Filsafat Umum. Bandung: Rosda Karya 2003
- www.wisdoms4all.com
- http://isyraq.wordpress.com/2007/11/26/substansi-dan-definisi-pengetahuan/
- http://www.unhas.ac.id/~rhiza/mystudents/debbie/knowledge.ppt
-http://us.f335.mail.yahoo.com/ym/Compose?YY=25328&y5beta=yes#_ftn3
- http://us.f335.mail.yahoo.com/ym/Compose?YY=25328&y5beta=yes#_ftn1
- http://isyraq.wordpress.com/2007/10/30/sumber-dan-media-pengetahuan/